Arjuna Ragu Posting: Relevansi atau Retas Nurani?
"Yang disukai algoritma belum tentu disetujui nurani. Maka, jangan jadikan viral sebagai visi." – Widi Heriyanto 🧲 PROLOG Ia bukan sekadar pemanah. Tapi follower-nya menembus cakrawala. Ia punya Gandiva. Tapi hari ini, ia lebih sering menggulir tripod. Engagement datang seperti panah melesat, tapi niat makin kabur di tengah sorotan ring light. Krishna tak muncul dalam pertempuran. Tapi ia hadir… dalam bisikan algoritma. Apa yang terjadi saat dharma harus ditulis di caption? Dan kejujuran harus dibungkus dalam format carousel? Influencer bukan lagi pahlawan zaman. Tapi sandera ekspektasi harian. Lalu Arjuna bertanya: “Benarkah setiap swipe adalah langkah menuju kebenaran?” Redaksi. 📚 “Medium adalah pesannya. Dan di era ini, medium tak lagi netral — ia punya ideologi.” — Marshall McLuhan, Understanding Media (1964) Reporter: Jika Arjuna adalah representasi influencer hari ini, mengapa ia ragu untuk mengangkat busur kontennya? Ki H. Widi Heriyanto: Karena Arjuna tahu: setiap...